Lion Air Buka Sekolah Pilot di Palangkaraya

Lion Air Buka Sekolah Pilot di Palangkaraya - Palangkaraya : Maskapai penerbangan nasional Lion Air mengumumkan pendirian sekolah penerbangan di Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Pendirian sekolah pilot yang pertama di Kalimantan itu dimaksudkan untuk melatih tenaga profesional bidang penerbangan dan awak pesawat, juga untuk menambah kebutuhan pilot penerbangan di Indonesia yang masih sangat kurang dibanding dengan negara lain seperti Malaysia.

Peresmian pembukaan ini ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan hanggar pesawat Wings Flying School di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya oleh Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, Jumat (15/2). Acara peletakan batu pertama ini juga dihadiri Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait, Kapolda Kalteng Brigjen Bachtiar Hasanudin Tambunan, Kepala Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya Norman Dani.

Edward Sirait mengatakan, seiring dengan ekonomi Indonesia yang semakin membaik dalam enam tahun terakhir yang mencapai 6% per tahun, kebutuhan jasa angkutan udara juga semakin dicari oleh masyarakat.

Untuk menjawab kebutuhan akan pesawat yang semakin meningkat ini, Lion Air menurutnya telah memasan 513 unit pesawat terdiri dari 5 pesawat jenis Boeing 787 Dreamliner, 408 Boeing 737 Next Generation (NG), 60 unit ATR seri 500 dan 600, dan 40 pesawat Cessna untuk melatih pilot di sekolah penerbangan milik Lion Ar. "Mimpi dan target kami yakni mampu melakukan pembelian pesawat hingga 1.000 unit dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya.

Dia menambahkan, sekolah penerbangan Palangkaraya itu adalah yang ketiga dibuka setelah Jakarta dan Cirebon. Lion Air juga tengah membangun pusat perawatan pesawat di Batam, Kepulauan Riau. "Sejak 1994, kami telah telah mencetak 100 penerbangan, 1.900 pramugari dan pramugara, 300 teknisi, dan 4.000 staf darat,”jelasnya.

Herry Bakti S Gumay menambahkan, kebutuhan pilot di Indonesia saat ini mencapai 500 orang per tahun, sementara Indonesia baru dapat mencetak 200 pilot per tahun. "Akibatnya saat ini banyak pilot asing yang bekerja di Indonesia. Dengan dibukanya sekolah penerbangan di Palangkaraya ini adalah cara untuk menjawab kekurangan kebutuhan itu," ujarnya.

Agustin Teras Narang menyinggung mengenai kondisi Bandara Tjilik Riwut yang memiliki landasan pacu (runway) sepanjang 2.600 meter yang akan diperpanjang hingga mencapai 3.100 meter. "Dengan diperpanjangnya runway, pesawat berbadan besar akan mendarat di sini. Apalagi permintaan kita sebagai bandara embarkasi untuk jemaah haji asal Kalteng telah disetujui pemerintah pusat," ujarnya.